Orang Pertama: Percakapan dengan Korban Selamat. Dalam episode hari ini, Al Münzer berbicara dengan pembawa acara Bill Benson mengenai keputusan sulit yang harus diambil keluarganya sesaat setelah ia lahir pada bulan November 1941 di Belanda. Jerman menginvasi Belanda pada bulan Mei 1940, dan kondisinya saat itu semakin sulit bagi kaum Yahudi Belanda saat Al lahir.
This page is also available in English.
Transkrip
ALFRED MÜNZER:
Ia memercayai takhayul ini bahwa jika ia kehilangan foto-foto itu berarti saya sudah meninggal. Jadi foto-foto itu masih ada... saya selamat, dan foto-foto itu selamat.
NARATOR:
Lebih dari 60 tahun setelah Holocaust, kebencian, antisemitisme, dan genosida masih mengancam dunia. Kisah kehidupan korban selamat Holocaust sudah lebih dari puluhan tahun dan mengingatkan kita akan perlunya selalu bersikap waspada sebagai warga negara dan menghentikan ketidakadilan, prasangka, dan kebencian yang timbul di mana pun dan kapan pun.
Rangkaian podcast ini menghadirkan petikan wawancara dengan para korban selamat Holocaust dari program publik United States Holocaust Memorial Museum Orang Pertama: Percakapan dengan Korban Selamat Holocaust. Dalam episode hari ini, Al Münzer berbicara dengan pembawa acara Bill Benson mengenai keputusan sulit yang harus diambil keluarganya sesaat setelah ia lahir pada bulan November 1941 di Belanda. Jerman menginvasi Belanda pada bulan Mei 1940, dan kondisinya saat itu semakin sulit bagi kaum Yahudi Belanda saat Al lahir.
BILL BENSON:
Beberapa bulan kemudian, 23 November 1941, hampir 19 bulan setelah Nazi menduduki Belanda, Anda lahir. Di tengah-tengah keadaan seperti itu, kebahagiaan orang tua Anda atas kelahiran Anda pasti disertai rasa takut. Apakah itu yang ingin Anda sampaikan?
ALFRED MÜNZER:
Tepat sekali. Ibu saya sering membicarakannya. Pertama, saat ia mengetahui bahwa ia hamil, ia sangat dianjurkan oleh dokter kandungannya untuk melakukan aborsi. Dokter kandungannya mengatakan bahwa melahirkan orang Yahudi tidaklah bermoral. Saat itu ibu saya beralih ke Alkitab dan kisah Hannah, seorang wanita yang sangat ingin memiliki anak dan pergi ke kuil setiap tahun untuk berdoa agar diberi kehamilan, dan setelah membaca kisah itu ibu saya memutuskan bahwa ia tidak mungkin melakukan aborsi, maka ia pun melanjutkan kehamilannya.
Namun kemudian, saat saya lahir kembali timbul dilema. Salah satu hal yang merupakan bagian dari tradisi Yahudi adalah sunat. Terutama ayah saya kurang yakin untuk melaksanakan upacara Bris atau Brit Milah. Teman-temannya menyarankan agar tidak melaksanakan upacara sunat karena akan sangat jelas menunjukkan bahwa saya adalah seorang Yahudi, dan sunat agak jarang dilakukan kelompok lain pada saat itu di seluruh Eropa. Namun kemudian dokter datang padanya sesaat setelah saya lahir dan berkata, "Anak Anda baik-baik saja, ia hanya perlu menjalani operasi kecil." Operasi kecil tersebut ternyata adalah sunat. Jadi, persis seperti dalam tradisi Yahudi, kami mengadakan upacara sunat 8 hari kemudian di Den Haag.
Jika Anda tidak keberatan saya menyimpang sedikit, salah satu hal yang luar biasa adalah ada beberapa foto yang diambil saat upacara itu dan dua foto kecil yang masih utuh. Lalu saat ibu saya akhirnya berada di kamp konsentrasi, ia berhasil menjaga dua foto kecil itu selama berada di kamp. Ibu mengatakan ia menyimpannya di rambutnya. Saya kurang yakin akan hal itu. Mungkin disimpan di bagian tubuhnya yang lain, yang pasti ibu berhasil menyimpan foto-foto itu.